Blitar, 22 April 2024 – Sejarah Hari Bumi adalah cerita tentang bagaimana suara mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan dan perdamaian menjadi cikal bakal peringatan global ini. Pada tahun 1970, momentum penting terjadi di Amerika Serikat, di mana gerakan mahasiswa yang menentang perang Vietnam meresap ke dalam kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Mahasiswa pada saat itu tidak hanya menentang perang, tetapi juga mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang penggunaan senjata kimia yang merugikan masyarakat dan lingkungan Vietnam. Sentimen anti-perang ini membuka jalan yang jelas menuju paham lingkungan hidup, sebuah transisi yang bergema di banyak kampus. Semangat protes dan kepedulian inilah yang menginspirasi seorang Senator Amerika Serikat bernama Gaylord Nelson untuk mengambil langkah besar dengan mendirikan Hari Bumi.
Senator Nelson, yang terkesan dengan energi dan semangat mahasiswa dalam menentang perang dan mengadvokasi lingkungan, memiliki visi untuk menggabungkan keduanya. Ia menyadari bahwa energi dari protes mahasiswa dapat digunakan untuk menggerakkan kesadaran masyarakat secara lebih luas tentang pentingnya melindungi Bumi.
Inisiatif Hari Bumi yang pertama kali diadakan pada 22 April 1970, kemudian berkembang menjadi peringatan tahunan yang diikuti oleh jutaan orang di seluruh dunia. Perayaan ini bukan hanya untuk mengenang alam dan lingkungan, tetapi juga untuk merayakan semangat perubahan yang dimulai dari aksi nyata, bahkan dari kalangan mahasiswa.
Sejarah Hari Bumi mengingatkan kita akan peran penting mahasiswa dalam perubahan yang positif. Dari protes mahasiswa yang menentang perang hingga kesadaran akan lingkungan, semangat ini menjadi pemicu lahirnya Hari Bumi. Di Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar Blitar, semangat ini juga terus hidup melalui kontribusi dan aksi nyata mahasiswa di bidang lingkungan. Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kesadaran lingkungan. Mahasiswa di berbagai institusi, termasuk Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar Blitar, diajarkan tentang pentingnya keberlanjutan, pengelolaan limbah yang baik, dan praktik-praktik ramah lingkungan lainnya.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki potensi besar untuk mempengaruhi masyarakat dan lingkungan sekitar mereka. Dengan melanjutkan semangat perjuangan lingkungan yang dimulai oleh mahasiswa di masa lalu, kita dapat menciptakan Bumi yang lebih hijau, bersih, dan lestari bagi generasi mendatang.
Melalui pendidikan, kesadaran, dan tindakan nyata, mereka membawa harapan bagi masa depan Bumi kita. Hari Bumi bukan hanya tentang peringatan, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Setiap langkah kecil kita, seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan sampah plastik, dan mendukung kebijakan lingkungan, memiliki dampak besar jika dilakukan bersama-sama. Semoga setiap Hari Bumi menjadi momentum untuk merayakan Bumi dan komitmen kita untuk melindunginya.
Selamat Hari Bumi!
[fir]
Leave a Reply